Penjurusan Diterapkan Lagi di SMA: Solusi untuk Pendidikan yang Lebih Terukur?

Telemarketing GARUDA 21

Jakarta – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti mengumumkan bahwa pemerintah akan kembali menerapkan sistem penjurusan untuk sekolah menengah atas (SMA). Sistem ini sebelumnya dihapus dalam penerapan Kurikulum Merdeka yang digagas oleh Menteri Nadiem Makarim.

“Jurusan akan kita hidupkan lagi, jadi nanti akan ada jurusan IPA, IPS, dan Bahasa,” ujarnya dalam acara tanya-jawab bersama awak media di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat, 11 April 2025.

Dengan diterapkannya kembali sistem penjurusan, siswa SMA dapat memilih mata pelajaran yang paling diminati untuk ujian akhir, yang kini disebut Tes Kemampuan Akademik (TKA). Mereka hanya diwajibkan mengikuti tes wajib yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika.

“Untuk mereka yang memilih jurusan IPA, mereka bisa memilih tambahan antara fisika, kimia, atau biologi. Sedangkan untuk jurusan IPS, mereka bisa memilih tambahan seperti ekonomi, sejarah, atau ilmu-ilmu sosial lainnya,” jelas Mu’ti.

Sistem penjurusan ini diterapkan kembali untuk mendukung pelaksanaan TKA, yang menggantikan Ujian Nasional. Tes ini bertujuan mengukur kemampuan akademik siswa di akhir jenjang pendidikan. Berbeda dengan UN, TKA tidak bersifat wajib dan hanya berlaku bagi siswa yang siap dan mampu menghadapi tes untuk menambah penilaian individu.

Selain sifatnya yang tidak wajib, mata pelajaran yang diujikan tetap sama dengan UN. Untuk kelas 6 SD dan 9 SMP, mata pelajaran wajib adalah Bahasa Indonesia dan Matematika. Sementara untuk kelas 12 SMA, terdapat dua mata pelajaran tambahan yaitu Bahasa Inggris dan pilihan antara IPA atau IPS.

Tujuan pemerintah menerapkan kembali sistem penjurusan ini adalah untuk memberikan kepastian kepada penyelenggara pendidikan, khususnya bagi lembaga pendidikan di luar negeri.

“Pada masa Pak Nadiem, banyak kampus di luar negeri tidak mau menerima siswa karena ukuran kemampuan akademik mereka tidak jelas. Dengan hasil TKA, kemampuan masing-masing individu akan terukur,” kata Abdul Mu’ti.

Sebagai contoh, beberapa negara lain yang juga menerapkan sistem penjurusan di sekolah menengah atas adalah:

  1. Jerman: Di Jerman, siswa di sekolah menengah atas (Gymnasium) memilih jalur akademik yang spesifik seperti ilmu alam (Naturwissenschaften), ilmu sosial (Sozialwissenschaften), atau bahasa (Sprachwissenschaften). Sistem ini membantu siswa fokus pada bidang yang mereka minati dan persiapkan untuk pendidikan tinggi.
  2. Prancis: Di Prancis, siswa di sekolah menengah atas (Lycée) memilih jalur studi seperti S (Sciences), ES (Economics and Social Sciences), atau L (Literature). Setiap jalur memiliki mata pelajaran khusus yang harus diambil siswa, yang membantu mereka mempersiapkan diri untuk ujian akhir yang disebut Baccalauréat.
  3. Singapura: Di Singapura, siswa di sekolah menengah atas (Junior College) memilih antara jalur sains atau seni. Mereka kemudian mengambil mata pelajaran yang sesuai dengan jalur yang dipilih, seperti fisika, kimia, dan biologi untuk jalur sains, atau ekonomi, sejarah, dan geografi untuk jalur seni.

Sistem penjurusan ini memungkinkan siswa untuk mendalami bidang yang mereka minati dan mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk pendidikan tinggi atau karir di masa depan.

Bagikan:

Tags

Baca Juga

Leave a Comment